Ini perihal tentang keadaan yang belum terbiasa. Walaupun sebenarnya, hanya aku yang belum benar-benar terbiasa. Lain halnya, dengan kamu.
Kamu hanya sudah terbiasa tanpa aku.  

Mungkin nanti kamu akan menyadari, jika aku sudah benar-benar pergi. Tak lagi mengirim pesan padamu, menelponmu, diam-diam menatapmu, menegurmu, meminta bertemu, dan hal-hal lain yang kulakukan kepadamu yang tentu kau anggap sangat mengganggu.

Aku hanya ingin tahu, seberapa peduli kamu terhadap hal-hal kecil yang aku lakukan untukmu. Walaupun dalam pikiranmu menganggap selama ini aku tak peduli, padahal, kamu salah besar. Peduliku padamu melebihi peduliku pada diriku sendiri. Karena aku berpikir bahwa jika kamu bahagia, aku pun turut.

Aku hanya seekor semut dan kamu adalah langit. Aku berusaha berjalan di pohon yang tinggi untuk menggapaimu. Tugasmu, diam saja, biar aku yang menghampirimu. Kuanggap sekarang adalah waktuku untuk memperjuangkan kamu. Walau sampai pada penghujung daun yang paling tinggi, akupun tidak lagi bisa menemukan cara bagaimana menggapaimu. Coba kau beritahu aku bagaimana caranya. Tapi kamu diam, secara tak langsung memberitahuku untuk menyerah. Karena disana sudah ada burung, yang dengan mudah menggapaimu tidak seperti aku. Maafkan aku, jika mengganggu. Aku pun turun, kembali kepada tanah dengan sisa-sisa tenagaku. Aku mungkin menyerah.

Ku lap sisa-sisa peluh pada dahiku. Kusandarkan tubuh ku pada batang pohon besar yang menjadi saksi atas perjuanganku tadi. Kamu terlalu indah untuk seekor diriku yang kecil dan lemah, pikirku. 

Aku tahu, roda itu berputar. Tak selamanya kebahagiaan yang kudapat bersamamu dulu harus selalu terjadi. Ada kalanya, masa itu harus berakhir sejenak, ataupun berakhir selamanya. Tapi aku berharap masa itu hanya berakhir sejenak, kelak aku kan bahagia dengan kamu, atau mungkin tidak, yang pasti, aku hanya berharap dengan kamu.

Ini hanya perihal waktu. Waktu yang membuat kita jauh. Ingatan-ingatan akan kemarin adalah saksi bisu bahwa kita pernah bersatu. Ingatan-ingatan yang hanya kita dan Tuhan yang tahu. Atau, mungkin hanya aku dan Tuhan yang tahu, karena mungkin kamu sudah lupa. Tapi aku harap, kamu masih ingat. Dan, jika kita sudah tua nanti, jika nanti ingatan kita sudah memudar, kuharap kita masih akan terus bisa mengingat itu, walau hanya sebatas hal-hal kecil saja.

Kau harus tahu, aku tak sebaik yang kamu lihat. Aku tidak sebahagia yang kamu tahu. Aku tidak pernah merasa baik-baik saja tanpa kamu. Aku selalu merasa sakit jika mengingat tentang kamu. Apa kamu begitu? mungkin memang menurutmu benar, bahwa kepergianmu adalah untuk kebaikanku juga. Mungkin saat ini aku hanya belum menemukan kebaikan yang kamu maksud itu. Bagaimana aku bisa baik-baik saja, jika hati ini masih bertuliskan kamu? Cobalah kamu mengerti saat ini saja tentang aku. Ini jelas-jelas bukan hal yang baik untukku, walaupun ini baik untuk kamu. Aku tahu aku sangat merepotkan.

Aku tahu aku banyak meminta. Banyak menuntut hal yang merepotkan untuk kamu. Aku hanya ingin rasa ini terbalas. Aku hanya ingin kamu memang menunjukan rasamu yang kamu katakan sama seperti aku. Aku hanya ingin kamu menunjukannya padaku, bukan menyimpannya dahulu dan tak tahu kapan mesti kau utarakan lagi padaku.

Aku tidak dapat memintamu lagi untuk kembali seperti dulu. Mengingat hal dulu adalah suatu angan-angan dan cita-citaku yang aku harapkan akan terjadi lagi suatu saat nanti, tidak tahu kapan waktunya.

Dan, apa kamu tahu hal yang paling aku takutkan? Aku takut, kamu akan lupa. Lupa pada janji yang sudah kamu buat untukku. Tapi semua itu adalah hal yang paling aku semogakan.

Yang pasti selalu harus kamu ingat, aku tidak pernah menyesali pertemuan ini. Aku hanya sedih dan belum terbiasa dengan tidak adanya kamu. Dengan tidak adanya tawamu. Dengan tidak adanya candaan mu. Dengan tidak adanya marahmu. Dengan tidak adanya perhatian mu. Dengan tidak adanya pesanmu, Dengan tidak adanya suaramu. Dengan tidak adanya dirimu. Dengan tidak adanya kita.

Ku utarakan permintaan maafku yang sebesar-besarnya untukmu, atas kesalahan yang aku perbuat kemarin. Kamu hanya perlu tahu, aku hanya akan ingat kamu. Semoga kamupun begitu.

Dan, aku akan terus menunggu kamu hadir lagi disini, membawa janji yang kamu katakan padaku kemarin. Semoga kamu berhasil dalam mewujudkan impianmu. Turut serta selalu doa ku menyertaimu. Seperti yang kamu katakan, perjuangan memang harus mengorbankan sesuatu.

Dan untuk kamu yang tidak aku sebutkan namanya.. you're my best mistake and I don't regret anything.

-feel more better.

Komentar